Bulan puasa Ramadhan adalah bagian dari ritual agama yang telah diwajibkan, tetapi saitan pun ternyata tidak berdiam diri untuk tidak turut serta ikut bermain di dalamnya. Saitan ikut meramaikan bulan puasa tetapi bukan dari sisi ‘agama’nya melainkan dari sisi ‘budaya’nya-dua aspek yang berbeda bahkan dapat bertolak belakang, agama berasal dari Tuhan sedang budaya di mana pun adanya merupakan aspek buatan manusia, tetapi manusia terkadang tidak bisa memilah antara mana budaya dengan mana agama, mereka sering mengidentikkan budaya tertentu semisal budaya Arab dengan agama Islam.
Menurut agama, bulan puasa identik dengan ‘bulan suci’ artinya bulan tempat di mana manusia menyucikan diri dari segala bentuk hawa nafsu angkara murka sehingga ketika kelak keluar dari bulan puasa ia menjadi manusia yang terbarukan kembali secara spiritual. Tetapi di bulan suci ini sebagaimana diberitakan oleh media, kejahatan ternyata tetap merajalela di mana-mana dan kuantitasnya justru malah meningkat, lalu apa gerangan yang terjadi (?)
Maaf bila saya lalu berprasangka justru jangan-jangan itu ada kaitannya dengan ‘budaya’ (bukan agama), yaitu budaya lebaran, budaya beli baju-kue-parcel-oleh oleh-mudik dlsb. dan dalam budaya demikianlah saitan lalu bisa ikut bermain, menggoda sebagian orang yang asalnya memang memiliki karakter suka pamer, seorang yang datang ke kampung halaman tergoda untuk memamerkan apa yang dimilikinya selama ia mengembara di kota, lalu tergoda untuk pamer pakaian-mobil-perhiasan intinya pamer identitas sosial yang baru-bahwa identitas mereka telah berubah dari yang ketika di kampung dulu tidak memiliki apa-apa lalu setelah hidup di kota menjadi memiliki apa-apa. Apalagi kalau yang mudik artis-orang terkenal yang tengah naik daun maka mesti hati-hati sebab bisikan untuk pamer diri mungkin akan jauh lebih kuat ketimbang yang bukan.
Yang saya kuatirkan adalah selama bulan puasa masih berjalan fokus orang-orang bukan lagi kepada esensi bulan puasa, yang orang pikirkan adalah aspek budayanya, bukan lagi aspek agamanya. Karena kalau aspek agama yang jadi fokus perhatian, semakin dekat menuju hari lebaran maka manusia akan semakin fokus kepada tujuan bulan puasa sebagai bulan penyucian diri.
Masalahnya adalah apabila godaan untuk memiliki harta benda pada saat lebaran nanti untuk bekal mudik itu demikian sangat kuatnya tetapi pekerjaan tidak punya alias menganggur, nah lalu saitan memberi jalan keluar pintas dengan memberi mereka ide buruk untuk melakukan kejahatan.
Budaya sebagai murni hasil karya manusia adalah suatu yang tidak selamanya baik, juga tidak selamanya buruk. Itu sebab di mana pun adanya agama-ke mana pun agama hadir di dunia ini, ia akan berfungsi sebagai alat saring bagi tiap budaya yang ada di tengah-tengah masyarakat walau tidak sedikit yang tetap kukuh berpegang pada budayanya walau salah menurut agama.
Budaya lebaran seperti membeli kue-memakai baju baru-mudik bukan budaya yang buruk, bahkan dapat menjadi amal baik apabila disertai niat yang baik, tetapi dapat menjadi amal yang buruk apabila disertai niatan yang buruk seperti keinginan untuk pamer diri. Dan lebih buruk lagi apabila dianggap sebagai sebuah ‘kewajiban’ sehingga apabila tidak memiliki sarana untuk memperolehnya, maka lalu memaksakan diri mencarinya dengan cara cara yang salah yang merugikan orang lain
Itulah (tetapi maaf), hanya kecurigaan semata tetapi kita tak berharap demikian tentunya…. karena lebaran tidaklah wajib untuk dibudayakan yang wajib itu diagamakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar